Aku
suka hujan, aku suka sungai, aku suka laut, aku suka pantai, aku menyukai air.
Air yang membuatku terinspirasi akan segala sesuatu tentang dia. Kadang, hanya
dengan melihat air, aku bisa merasakan suatu perasaan yang bisa membuat
jantungku berdegup kencang, kadang hanya dengan meneguk segelas air, aku bisa
menyadari bahwa aku sedang butuh suasana kedamaian, bukan kedamaian yang bisa
dilihat oleh mata. Tapi, kedamaian yang bisa dirasakan oleh hati.
Sore kelam, minggu membosankan. Haruskah seperti itu siklus kehidupan yang aku
jalani? Penuh dengan ketidaksempurnaan. Haruskah aku mengeluh? Ditengah
celotehan teman-temanku yang tak kunjung usai. Bagi mereka, akan selalu ada
cerita disetiap cela kekosongan. Kapan aku akan merasakan kedamaian itu?
Kedamaian yang aku pernah rasakan sebelumnya, dan kedamaian pertama dan mungkin terakhir
bagiku.
Aku menatap secangkir selasih yang sudah diseduh kedalam sebuah cangkir bening.
Indah, biji selasih hitam kecil menari-nari didalam air. Lamunanku dikejutkan
oleh kedatangan temanku yang cukup mengagetkan..
“Sel, di WC-mu lampunya lagi rusak ya? Kok aku kesana tadi lampunya gak hidup?”
ujarnya sambil meneguk segelas selasih yang telah aku seduh.
Aku menggeleng pasti, “Nggak, ca. Emang susah hidup, stopkontaknya agak konslet
gitu.”
Rebeca menanggukan kepala, dan kembali meneguk segelas selasih itu. “Sel,
gimana kamu sama Joseph?”
Lagi dan lagi. Sesuatu yang tidak ingin aku dengar. Pertanyaan yang tidak ingin
aku jawab dan aku harus jawab. “Nggak tau.” Ucapku singkat dan penuh rasa ragu
didalam hati.
Suasana hening, sesaat aku terpikir kejadian itu. Ya, satu minggu lalu.
Haruskah aku yang meminta maaf atas kesalahan yang tidak jelas? Aah tunggu!
Siapa Joseph? Dia bukan pacarku, bukan teman spesial. Kenapa aku harus begitu
memikirkannya? Tinggal jawab ‘dia bukan pacarku’ dan ‘aku tidak tau tentang
dia’. Tapi kenapa berat?
“Kudengar dari Melisa, kalian udah musuhan?” Rebeca menatapku kemudian
mengalihkan pandangannya ke handphone Blackberry miliknya.
Aku hanya menggeleng, berucap “Aku gak tahu ca. Kenapa sih nanya aku? Aku kan
bukan pacarnya, dan aku gak suka sama dia. Kalo masalah kenapa dia jadi pendiem
atau kenapa dia jadi rada ngeselin aku gak tau.” Untungnya, aku masih bisa
menahan emosi yang sudah mulai meredam sejak tadi.
Aku. Joseph. Bayangan dalam air. Tidak tampak. Atau debu dalam air. Tidak
timbul. Aku menyukai hujan. Aku menyukai laut. Aku menyukai air, karna aku
menyukai diriku dan dirinya. Aku menyukai bayanganku yang kuibaratkan sebagai
air. Bening, sampai-sampai tak terlihat.
Aku dan Joseph adalah masa lalu. Ralat! Maksudku, aku dan Joseph adalah teman
lama. Ya, teman lama dan tidak lebih tidak kurang. Aku hanyalah bagian kecil
dari hidupnya yang besar. Begitupun denganku, aku tidak pernah menganggap
Joseph lebih dari dirinya. Tapi kenapa aku merasakan sesuatu yang berbeda
setiap kali orang bertanya ‘Gimana Joseph?’ ! Ah! Dua kata yang aku benci. Aku
tidak benci Joseph. Tidak juga musuhnya, atau tidak juga lawannya. Aku hanya
merasa sedikit terganggu setiap siapapun melontarkan pertanyaan mematikan itu.
Pertanyaan yang bisa membuatku naik darah, marah, atau bahkan salah tingkah.
Kembali, aku berdiri didepan pintu, memandangi hujan yang masih turun, sembari
melambaikan tangan kepada Rebeca yang baru saja memasuki mobil sedan
jemputannya. Tersenyum penuh keharuan, bukan karna aku akan berpisah dengan
Rebeca. Tapi karna aku melihat hujan. Aku mengingat dia! Tidak! Aku harus
menutup pintu dan kembali melakukan sesuatu pekerjaan yang bisa membuatku
melupakan dia! Aku harus bisa sehari tanpa mengingatnya. Bisakah? Mampukah aku?
***
“Love
is strong, it only cares for joyful giving-MJ-Heal the world”
Aku
kembali menyisir rambut, bersiap pergi kesekolah. Bersiap menghadapi segala
kemungkinan untuk kembali bertemu dengan Joseph. Temanku. Ya, temanku. Cukup.
“Ma,Pa,
aku pergi. Sampai jumpa.”
Sekian banyak orang yang kutemui sepanjang perjalanan dari rumah ke sekolah.
Jarak yang tidak terlalu jauh, tidak mengharuskan aku diantar, atau menaiki
angkutan umum untuk pergi kesekolah. Cukup menapakkan langkah demi langkah yang
tak begitu banyak, aku akan segera meihat sekolah-ku. Sekolah yang sudah
kurang-lebih 5 tahun aku tinggali, Ya. Sejak kelas 1 SMP.
Duduk di kursi terdepan bukanlah hal yang indah, menghadapi tatapan guru secara
dekat, memacu adrenalin. Tapi aku lebih memilih untuk duduk dibagian terdepan,
daripada untuk duduk di kursi terbelakang. Aku takut. Takut untuk melihat wajah
Joseph. Entah kenapa, semenjak aku memintanya untuk tidak lagi mengharapkanku,
aku merasa dia adalah musuh.
Lebih baik aku diam. Meskipun aku tahu, beribu pertanyaan muncul. Terutama saat
aku tanpa sengaja membalikkan badan dan melihat sesosok pria tinggi berkulit
putih dan hidung mancung, Joseph sedang tersenyum dan terlihat akrab dengan
teman sebangkunya. Melisa. Ya, aku hanya melihat tanpa sengaja. Tak ada maksud
lain. Tapi kenapa aku begitu marah? Kenapa aku masih merasakan sesuatu yang tak
ingin aku rasakan? Haruskah aku menceritakan semuanya kepada Rebeca? Atau
biarlah aku memendam sendiri apa yang kurasakan?
Oh
LORD!!!
(Penjelas):
Selline. 15 tahun. Murid kelas 2 SMA Harapan Bangsa. Pintar,
cantik, polos.
Rebeca, Melisa, Yayas. Sahabat selline.
Joseph. Teman Selline
(flashback sesaat):
Awalnya Selline hanya bersikap biasa-biasa saja terhadap
Joseph. Entah sejak kapan, ia mulai memperhatikan Joseph. Hingga suatu saat
Joseph menyatakan perasaannya, Selline dengan pasti menolak. Kenapa? Selline
tidak ingin mengambil keputusan yang salah. Polos. Sangat polos. Menolak
pernyataan Joseph. Tapi, hal itu tidak lantas membuat Joseph berpaling kepada
perempuan lain. Ia tetap mempertahankan perasaannya, bahkan sampai saat kelas 2
akan berakhir. Selline tak pernah bermaksud untuk memintanya mempertahankan
rasa itu. Ia tidak ingin menyakiti siapapun. Tapi Joseph yang melakukan
itu. 1 tahun Selline membohongi perasaannya, sampai suatu saat, Selline
meminta Joseph untuk berhenti mencintainya.
Thank you ~
BalasHapusperfect story!!
BalasHapusKeren dann... air. aku sukaa bahasanya!!:)
BalasHapusgw srs nglmin hdp gw dcrt nthuu! gud
BalasHapusPart 2 nya udah ada. di read ya:) http://lidyamarselina.blogspot.com/2012/11/maybe-2.html
BalasHapusGw suka bhsnya. bgus bgt! lanjutt ke #2 ah! keren
BalasHapus