Kembali,
aku diam ditempat duduk. Menatap wajah papan tulis putih yang sudah menanti
untuk diisi dengan beribu angka-angka yang tak jelas. Matematika.
“Sel,
kamu ngerti ga?” tanya Eka yang tepat duduk di belakang kursiku.
Aku tak
sama sekali bermaksud untuk menoleh ke belakang, hanya ingin menjawab
pertanyaan Eka dengan menatapnya. Tetapi kenapa mataku tertuju kepada dia lagi?
Kepada Joseph!
“Aku
ngerti dikit, ka.” Jawabku singkat sembari membalikkan badan dan tanpa
kesadaran yang banyak aku merasa... sedikit kesal. Tunggu! Untuk apa aku kesal?
Dia bukan siapa-siapa. HELLO! Ini real world Selline!!
Ya, ada
yang berbeda dariku. Aku merasa Joseph adalah suatu ancaman bagiku. Lagi, aku
mencoba untuk menghilangkan pikiran kacau yang semakin melunjak didalam otak
yang seakan beku sesaat. Untuk apa aku peduli tentangnya! Mau dia senyum kek,
ketawa kek, atau ngobrol sama temennya, itu bukan urusanku!
“Ca,
pulang ga?” tanyaku saat bel pulang sekolah berdering keras.
Rebeca
satu per satu memasukkan buku ke dalam tas pink miliknya, Ia mengangguk. Ya,
aku memang harus mengerti, Rebeca sedang dalam kondisi tidak baik. Ia baru saja
putus dengan pacarnya, Javen yang sudah anniv sampai 4 bulan. Entah kenapa, aku
merasa agak senang. Eh tunggu! Siapa Javen?
***
Aku
terbaring pulas dikamar bercat warna permen blaster, menghadap ke handphone china
yang masih aku genggam, bersiap untuk mengganti musik mp3 yang sedang kuputar
dari handphone itu.
One message come!
Sesegera mungkin aku duduk,
mengamati isi pesan. Dari Joseph. Aku terbangun dari posisi pulas-ku dan
secepat mungkin menekan satu per satu huruf di ponsel itu.
Joseph : Siang ;;)
Selline : Siang.
Joseph : Lagiapa sell?
Selline : Lagi denger
lagu maroon5-payphone, kamu jos?
Joseph : Aku lagi denger lagu juga, lagu bruno mars-marry
you, plus bales sms kamu. Hehe. Ohiya, aku mau ngomong sesuatu. Boleh?
Selline : Apa?
(Aku berharap. Berharap dia akan kembali. Kembali untuk
menjadi apa yang aku inginkan. Sekian.)
Joseph : Masalah seminggu lalu, aku ga marah, Cuma agak hurt
aja. Tapi sekarang aku udah mendingan, jadi itu bukan masalah.
Selline : Ohya? Hm,
iyaJ lagian aku juga udah
ga permasalahin lagi. Cuma temen-temen aja yang kadang agak ngeselin, hhe
Joseph : Sel..
Selline : ya jos,
apa?
SMS terakhir aku untuk Joseph hari itu. Entah kenapa dia
tidak membalas pesan itu. Aku tidak terlalu memikirkannya. Aku hanya sedikit
lega, setidaknya aku sudah resmi kembali berteman dengannya. Ya, sebatas teman
pun tak apa. Tapi aku sedikit ragu, mungkinkah karna Melisa? Melisa yang
kulihat sedang akrab bersama Joseph saat aku tak sengaja dan sama sekali
tidak ingin untuk melihatnya.
***
Satu
bulan berlalu. Bulan Desember! Ya, aku suka desember, aku suka natal, aku suka
hari ulang tahunku. Tapi aku tak merasakan semuanya bulan kemarin. Sampai saat
tahun baru inipun aku hanya bisa terdiam dan terpaku menatap rintik hujan yang
masih deras turun dari langit yang semakin gelap.
Satu
bulan lalu, saat dimana aku harus mengucapkan kata-kata yang sama sekali tidak
ingin aku katakan untuknya. Maaf. Aku hanya bisa mengingatnya. Terlihat bodoh!
Menyia-nyiakan apa yang ada. Ya, kurasa aku akan membaik. Membaik dan semakin
membaik, setidaknya untuk saat ini aku harus bersiap untuk mengemas
barang-barangku dan bersiap untuk menanti kemah. Kemah kesekian kalinya
untukku. Ya, tentunya ada Joseph disana.
“Sel,
kemahnya berapa hari?” tanya Yayas yang berdiri sambil membantuku membawa tas kecil.
“Kamis,
Jumat, Sabtu, Minggu. Panjang kan? Hhe” Aku mulai mengangkati barang-barang
bawaanku kebagasi bus sekolah yang akan melaju setengah jam lagi.
“Tentunya
ga mis sama aku kan Yas?” Joseph datang. Ikut terlibat dalam pembicaraanku dan
Yayas yang tadinya hanya berdua. Entahlah, seketika aku merasa senang. Senang,
aku sudah lama tidak mendengar suara Joseph secara jelas. Ya tentu saja karna
aku tak pernah berbicara langsung dengannya sejak satu bulan lalu. Dan hari
ini, aku cukup....... bahagia<3
“Kumpul
kumpul!! Bus mau berangkat!” pekik Rebeca kearah aku dan Joseph.
“Bye
bye ya cemaaan!!” Joseph melambaikan tangannya ke arah Yayas. Ya, Joseph memang
cukup dekat dengan Yayas, selain karna masih satu keluarga, mereka memang sudah
dekat. Satu sekolah selama 10 tahun.
Bus
sekolah yang melaju pelan mulai beranjak meninggalkan halaman sekolah. Menuju
kawasan Bogor dan meninggalkan hiruk pikuk Jakarta yang semakin ramai. Aku
duduk bersebelahan dengan Rebeca. Tak banyak yang ingin aku lakukan, terkecuali
tidur.
Waktu
yang panjang.. Sangat panjang. Tepat pukul 5 sore, aku baru tiba di Bogor.
Tentunya bukan di villa, tapi di suatu desa yang tidak terlalu terpencil.
Mendirikan tenda, mencari kayu, menyiapkan masakan.. aku suka suasana itu..
“Sel,
bantuin cari kayu dong. Susah nih.” Ujar Javen yang sedang mencari kayu ke
sela-sela pohon.
Aku
mengangguk. Ya, tentu saja, aku tak punya kegiatan lain selain itu.
“Sel,
udah nemu berapa?” tanya Joseph sambil mendongakkan kepalanya sedikit.
Aku
menggeleng, “satu pun belum, ehehe”
Aku tahu,
aku bisa melihat wajah kekesalan Javen waktu itu. Ditambah adik kelas yang
dengan santainya bercerita dibawah pohon itu. Rasanya, ingin sekali Javen
membanting kayu bawaannya itu didepan adik kelas yang super santai itu.
“Aku
dapet 1!!!” jeritku penuh semangat.
“Baru
satu aja kamu bangga. Bytheway, rebeca mana sel?” tanya Javen dengan wajah yang
terlihat sedikit khawatir.
Aku
tersenyum getir. Ah tunggu! Aku? Getir? Tidakkah aku salah? “Aku ga tahu, tadi
dia sama Pak Teguh ambil air. Emangnya kenapa?”
Aku..
apa yang aku katakan? Untuk apa aku bertanya kenapa jika aku tidak ingin
mendengar jawabannya!! Oh Lord.
“Gak
apa-apa, Sel.. kamu tahu?” Joseph meletakkan kayunya ketanah.
“Apa?”
“Aku dan Rebeca balikan.” Ucapnya dengan
seuntai senyum yang penuh haru. Ya, bisa kurasakan semua itu. Pantas saja,
Rebeca memintaku untuk tidak tidur di bus tadi, pasti dia ingin menceritakan
kalau ia sudah taken kembali. Hm.. tinggal aku disini sendiri dan sepi yang
menemani.
“Ohya? Selamat
ya.” Jawabku agak miris. Ya, miris. Karna aku memang sedikit banyak masih
menyimpan perasaan untuk Javen. Si ketua OSIS yang dulu.. pernah menjadi masa
lalu-ku. Ah tidak tidak! Dulu ia hanya pernah suka padaku, dan bukan masa
lalu-ku. Ah !!! kurasa aku ingin pulang saat ini! Bisakah kemah ini
dipercepat.. Oh kamiisss!! Datanglah! Aku butuh pengganti hari ini, Aku benci
RABU ! Aku benci!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
(Penjelas):
Javen adalah pacar Rebeca sekaligus ketua OSIS.. Dulu pernah
menyukai Selline saat kelas 1 SMA. Tapi sekarang.....
sepertinya.................tidak. Hanya saja Selline yang masih sedikit
mengingatnya.
(flashback sesaat):
“Sel, kalo ada cowok pinter yang suka kamu, kamu terima?”
“Ehm, belum kayaknya. Kamu tahu kan aku belum suka
pacaran-pacaran gitu. Jadi, nanti deh kalo aku udah mau, hehe”
“Termasuk kalo orang itu aku?” Javen melanjutkan mengetik
proposal kegiatan OSIS-nya. Sementara Selline, diam dan berkata, “Haha, kau bercanda..Eh...
eh..” dering ponsel Selline berbunyi, “kurasa mamaku menelpon untuk menyuruhku
pulang, sampai jumpa Javen.”
Haha:D makasih udah di read
BalasHapusIni cetar loh :) ditunggu kelanjutannya
BalasHapussiapapun penulisnya, plis lanjutin ceritanya... pengen denger lanjutnnya
BalasHapusOke, bakal dilanjutin nanti:) makasih udah read semuanyaa:)
BalasHapusgw sih ngrepnya si Selline nnti sama si Joseph ajadeh. tp kayaknya si Javen lbih baek. ah glauu! yg jls crtny bguess!!(y)
BalasHapus