Senin, 14 April 2014

Jalan Terakhir

Senin pagi. Bosan.

"Setiap cerita selalu punya akhir. Entah itu happy ending atau sad ending. 
Setiap cerita juga punya pemeran. Entah itu antagonis atau protagonis.
Setiap cerita juga punya makna. Entah itu tersirat atau tersurat.
Yang jelas, setiap cerita punya alur masing-masing."

Saya bukannya tak ingin keluar dari teka-teki yang sulit ini. Saya hanya belum bisa menemukan jawabannya, hingga harus terperangkap dalam-dalam disini. Menantikan sebuah jawaban yang mungkin akan terbesit dalam benak saya. Menantikan seseorang akan mengulurkan tangannya dan membantu saya keluar dari teka-teki ini. Menantikan hari itu tiba. Dimana penantian saya akan berakhir, baik lewat kamu atau yang lainnya. 
Saya bukannya pemeran utama dalam kisah hidupmu, mungkin. Saya juga bukan sutradara-mu yang dengan mudahnya mengubah alur cerita. Saya bukan penulis yang bisa mengubah jalan hidupmu. Saya hanya bagian kecil dari hidupmu, sampai-sampai kamu sama sekali tak menyadari keberadaan saya. 
Bagimu, saya semu, tak punya arti apa-apa. 

Kamu...
Sangat berbeda dengan saya, yang selalu menjadikan kamu pemeran utama dalam cerita saya. Yang selalu menjadikan kamu sebagai salah satu bagian paling penting dalam hidup saya, sampai-sampai saya lupa siapa kamu. Sampai sampai saya menganggap kamu nyata, padahal kamu hanya mimpi. 

Dan jalan terakhir yang harus saya tempuh adalah menyerah. Menyerah untuk teka-teki itu. Merelakan kamu sebagai mimpi. Dan membiarkan saya jatuh sebagaimana takdir menggariskan kisah hidup saya. 

"Percayalah, hidup bukan sekedar mencoba berdiri saat jatuh, tapi juga mencoba mengikhlaskan apa yang tak seharusnya kamu miliki." -m-