Jumat, 25 Juli 2014

Tutorial #1 : Exploding Box

Hollaaa!
Thanks for reading this posting. 
Last sunday, my sister and I try to made a creative idea which i got from internet, haha. It's not mine, it's my sister gift for her friend or.... (?) Forget it. Our experience on making it start from searching with "Gift DIY" at Google Images. We have found so many ideas there, and she choose to make an Exploding Box. Here's an overview of Exploding Box that we have found.


That's a little overview of Exploding Box i've got, let's check the tutorial i've made last sunday. Enjoy:)

♥ Prepare these to make an exploding box :
1. Black carton (You can change the color)
2. Tape, to wrap the box
3. Ruler
4. Glue
5. Scissor
6. Some origami
7. Pencil
You can use another materials to decorate the exploding box, like glitter, sticker, spidol, and anything else.


♥ Measuring the length of a square to make an exploding box. I use 30 cm x 30 cm. Then, divided into 9 parts or it's mean, one part need 10 cm x 10 cm.









♥ Cut the carton until it's look like "X" or "PLUS" like these.













♥ Make 3 box to make some pieces of exploding box.











♥ Fold the 3 box together and then glue (only) the center of that box (a,b, and c), so the other side can be opened. To make the outer carton solid, you can add the cardboard and glue the side to cover it with black carton or any color you want.





♥ Now, it's time to make the cover of the box, cut the carton into some size, I use 15 cm x 15 cm.











♥ Measure 4 part of the cover by 2 cm x 2 cm in every corner of square.












♥ Fold the line you've made on corner to corner like in the picture. Then fold the corner until it's stand and give the clip or use glue to combine two side of the cover. Make sure that the cover is can be applied to cover your exploding box. To make the cover solid, you can add cardboard inside.






♥ To make the box look like colorful, you can coat the carton with origami








Now, the box is finished. It's time to fill the box and decorate it. You can use your own creativity to make it. This's some picture of my sisters.
She cut her photos and make it as the center of the box.











She decorate the paper and write some quotes about her and her friend




And this part, i dunno why i love this part. Maybe cause the word "If you wanna see my prince that i ever founded, look here" with the mirror there (?)


Most of all, i love this exploding box! Colorful and the quotes there is so awesome.


I do love it. Don't you? hehe

That's all my tutorial about how to make an Exploding Box, you can ask me by comment or contact at another social media if you have some problem on making it. I will help you as much as i can. 
See you on the next tutorial !

Senin, 14 April 2014

Jalan Terakhir

Senin pagi. Bosan.

"Setiap cerita selalu punya akhir. Entah itu happy ending atau sad ending. 
Setiap cerita juga punya pemeran. Entah itu antagonis atau protagonis.
Setiap cerita juga punya makna. Entah itu tersirat atau tersurat.
Yang jelas, setiap cerita punya alur masing-masing."

Saya bukannya tak ingin keluar dari teka-teki yang sulit ini. Saya hanya belum bisa menemukan jawabannya, hingga harus terperangkap dalam-dalam disini. Menantikan sebuah jawaban yang mungkin akan terbesit dalam benak saya. Menantikan seseorang akan mengulurkan tangannya dan membantu saya keluar dari teka-teki ini. Menantikan hari itu tiba. Dimana penantian saya akan berakhir, baik lewat kamu atau yang lainnya. 
Saya bukannya pemeran utama dalam kisah hidupmu, mungkin. Saya juga bukan sutradara-mu yang dengan mudahnya mengubah alur cerita. Saya bukan penulis yang bisa mengubah jalan hidupmu. Saya hanya bagian kecil dari hidupmu, sampai-sampai kamu sama sekali tak menyadari keberadaan saya. 
Bagimu, saya semu, tak punya arti apa-apa. 

Kamu...
Sangat berbeda dengan saya, yang selalu menjadikan kamu pemeran utama dalam cerita saya. Yang selalu menjadikan kamu sebagai salah satu bagian paling penting dalam hidup saya, sampai-sampai saya lupa siapa kamu. Sampai sampai saya menganggap kamu nyata, padahal kamu hanya mimpi. 

Dan jalan terakhir yang harus saya tempuh adalah menyerah. Menyerah untuk teka-teki itu. Merelakan kamu sebagai mimpi. Dan membiarkan saya jatuh sebagaimana takdir menggariskan kisah hidup saya. 

"Percayalah, hidup bukan sekedar mencoba berdiri saat jatuh, tapi juga mencoba mengikhlaskan apa yang tak seharusnya kamu miliki." -m-


Sabtu, 04 Januari 2014

Pergi

Sabtu malam, hujan.




Pergi dan sepi. Dua hal yang selalu mengunjungi saya setelah suatu pertemuan. Tak akan jadi masalah kalau yang saya temui bukan kamu, mungkin. Tak akan jadi masalah kalau pertemuan kita tak saya lebih-lebihkan kala itu. Tak akan jadi masalah kalau pertemuan singkat itu tak saya ambil hati. Tapi sekarang? Saya terlanjur menaruh hati untuk kamu, sedikit.

Kamu datang pada saya, sesaat. Awalnya saya tak begitu menghiraukan keberadaan kamu, sekalipun kamu datang dengan untaian kata-kata manis itu. Itu hanya sekedar awal. Lalu, saya perlahan mulai menyadari adanya kamu dalam setiap hening saya, saya merasa lengkap, saya merasa ada satu dalam nol. Entah kenapa, saya terlalu gengsi untuk mengakui kalau saya senang dengan adanya namamu dalam layar handphone saya berkali-kali ini. Jujur, saya merasa seseorang dimasa lalu saya telah kembali; melalui kamu.

Untuk sepekan, kamu memperlakukan saya seperti saya adalah satu-satunya kamu, sementara saya tak begitu menunjukkan rasa senang saya buatmu. Entah apakah kamu sadar atau tidak. Dalam pertemuan-pertemuan berikutnya, kita masih sama; penuh dengan gurau. 

Jujur, kamu sangat mirip dengan masa lalu saya; amat sangat mirip. Sampai saya harus kembali jatuh untuk kedua kalinya. Hanya sepekan saja, kamu menjadi pelopor penyemangat untuk saya; "hanya sepekan, tak lebih dan tak kurang". Singkat, bukan? Kamu terlihat seperti seorang pemberi harapan palsu, ya? Sadar atau tidak, kamu telah melambungkan saya, kemudian dengan mudahnya menjatuhkan saya.

Kamu pergi. Tak ada lagi namamu yang selalu muncul di layar handphone saya, tak ada lagi gurauan antara kita seperti sepekan lalu. Sepi. Saya merasa kehilangan. Sesingkat itu kamu membuat saya menaruh hati buatmu, dan ternyata sama sekali tak sesingkat itu saya bisa menghilangkan rasa sepi karena kepergianmu. Sebenarnya, tak akan masalah kalau kamu pergi bukan untuk dia; masa lalumu.

Hai, kamu. Disini, saya masih sedikit mengharapkan keberadaan kamu. Saya merasa sepi setelah kamu pergi. Saya rindu sepekan itu. Hanya dua pilihan yang saya inginkan untuk kamu ambil. Apakah kamu akan kembali pada saya tidak hanya sepekan lagi, ataukah kamu lebih baik menerima karma atas sakit yang saya rasa karenamu. Egois, ya? Tapi, kamu harus tau bagaimana pedihnya saat sayap patah ketika terbang. -m-