Kamis, 19 Desember 2013

Maaf, saya ingin p(indah)


Sampai kapan saya harus diam disini? Saya terlampau lelah untuk mengharapkan kamu akan kembali seperti janjimu dulu itu. Saya terlampau sabar untuk terus menunggui kamu yang sebenarnya tak jelas keberadaannya. Saya ingin pergi, karna saya sadar apa yang saya lakukan tak cukup berarti. Mungkin, ini waktunya saya untuk berpindah.
            Mungkin, pindah adalah cara terbaik untuk menyudahi perasaan lelah saya selama ini. Mungkin, dengan pindah, saya bisa mendapatkan kebahagiaan yang selalu saya impikan, tanpa kehampaan, tanpa kebohongan, dan tanpa kepalsuan. Biarkanlah saya menggantungkan kisah kita, saya sudah kehabisan sabar untuk menjemput kamu. Saya sudah bosan, saya ingin pindah. Melepas kenangan dan menjemput kebahagiaan dengan p(indah).
            Tapi tenanglah, saya tak akan membiarkan kamu untuk menjadi butiran angin lalu; sekalipun saya sudah terlanjur sakit karenamu. Saya memang pindah, bahkan mungkin tak akan terbiasa awalnya, tapi saya yakin, pindah adalah jalan terbaik untuk saya. Karena meskipun pindah menyimpan resah, saya percaya pindah juga menyimpan indah. –m–

Selasa, 17 Desember 2013

Ilustrasi: pindah.


Selasa siang. Panas.

Lagi, ini bukan cerita saya, ini hanyalah sebuah ilustrasi tentang bagaimana rasanya menghilang dari pandangannya, tentang bagaimana rasanya menghindar dari kenyataan cinta, dan tentang bagaimana rasanya pindah menuju sesuatu yang katanya indah. Selamat membaca:)

Sebenarnya, saya sudah lelah hanya untuk menunggui kamu yang tak kunjung datang. Namun, entah kenapa, saya belum ingin berpindah kepada yang lainnya. Sebenarnya, saya tidak ingin terus diam disini, mengharapkan kamu akan datang dengan seonggoh mawar atau ribuan puisi cinta yang nyatanya mungkin tak akan pernah terjadi.

Sejujurnya, saya bingung dengan apa yang saya lakukan. Setiap saya mencoba menghilang dari pandanganmu, kamu malah datang kepada saya. Walaupun kedatangan kamu itu hanya untuk hal kecil yang akan terlupa olehmu, tapi tahukah kamu kalau sebenarnya saya disini sangat bahagia bisa melihat wajahmu lebih dekat? Tahukah kamu kalau dimata saya, kamu adalah sosok sempurna? Sepertinya kamu tidak tahu itu.

Sampai akhirnya, sebuah berita bahagia datang menemui saya pagi itu. Dari kabar-kabar yang beredar, katanya kamu sedang menyukai seseorang. Otomatis saat itu juga, saya langsung bertanya-tanya siapa wanita itu. Dan tanpa dugaan sebelumnya, kamu ternyata dibilang menyukai saya. Jujur, saya merasa tenggelam dalam perasaan bahagia itu sesaat. Walaupun itu hanya sekedar berita dari mereka dan belum tentu fakta. Tapi memang sangat tak bisa dipungkiri betapa melonjaknya parameter hati saya hari itu. Apalagi setelah duduk disamping kamu, lalu kita memulai sedikit percakapan hangat. Bahagia saya adalah karna akhirnya saya bisa merasakan hati kamu mulai mencair dan tidak sebeku dulu lagi. Bahagia saya adalah karna saya bisa menatap kamu lebih lama dari biasanya. Bahagia saya adalah karna saya bisa merasakan cinta kepada kamu, lebih dalam lagi.

Sayangnya, saya memang terlalu bodoh dalam hal cinta. Setelah hari bahagia itu tiba, harusnya saya sudah bersiap akan ada hari buruk pula yang menimpa. Hari ini, waktunya. Seperti biasa, saya menerima pesan singkat dari-mu, membalas pesan itu dengan lagi-lagi berharap kamu akan membawa pesan itu menuju suatu pernyataan cinta. Tapi, saya sama sekali tidak pernah merasa bahwa pembicaraan kita akan berlabuh pada kata cinta. Sebenarnya, saya tak keberatan untuk menunggu lebih lama lagi, tapi saya sama seperti orang lainnya, yang katanya butuh kepastian. Itulah yang membuat saya tanpa sadar memancing kamu menuju curahan hati terdalam kamu yang selama ini telah kamu tutup rapat-rapat.

Raut wajah senang hinggap sesaat ketika kamu mulai bercerita tentang wanita idaman kamu itu. Berjuta keyakinan mulai bermunculan dalam benak saya, kalau hari ini penantian saya akan berakhir. Sampai kamu selesai menceritakan kisah tentang gadis itu, saya masih merasa yakin kalau yang kamu maksud adalah saya. Namun kenyataan yang ada, kamu malah membawa nama dia untuk kita perbincangkan. Kamu malah meruntuhkan harapan saya. Tahukah kamu kalau saya sempat menitihkan air mata saat kamu menyebut namanya? Sadarkah kamu kalau sedari tadi, balasan pesan buatmu adalah sebuah harapan saya? Sadarkah kamu kalau disisi ini, saya mencintai kamu lebih dari kamu mencintainya? Sepertinya kamu tidak sadar, tidak pernah.

Saya masih diam dalam tangis, mencoba mengais-ngais sebongkah kekuatan untuk menghentikan derai air mata ini, untuk tetap tegar dihadapan orang-orang lain, terutama dihadapan kamu. Tapi ternyata tidak. Saya tidak cukup mampu untuk membohongi perasaan kecewa ini. Saya tidak cukup mampu menerima pahitnya perjalanan cinta pertama saya. Jujur, saya lemah dalam hal cinta.

Perlahan, saya mencoba menghapus sedikit demi sedikit memori tentang kamu, mencoba menghilangkan kamu dari pandangan saya, meskipun saya tau kalau itu adalah hal terberat yang pernah saya jalani. Tahukah kamu kalau setiap tanpa sengaja saya melihat kamu, saya langsung pergi kesuatu tempat sepi yang jauh dari siapapun hanya untuk menutupi air mata yang perlahan akan mengalir dari mata ini? Tahukah kamu sudah berapa banyak rintihan air mata hari ini yang mengalir diatas pipi saya? Tahukah kamu kalau saya terlalu sakit untuk mencoba menghilang dari pandanganmu? Tahukah kamu kalau saya juga ingin kamu cari, ingin kamu perhatikan seperti dia yang selalu kamu cari dan selalu kamu perhatikan? Sudahlah, saya sudah terlampau sakit, saya sudah terlampau lelah akan segala kenyataan cinta pertama saya yang ternyata pahit dan getir.

Setelah benar-benar terbangun dari mimpi saya, barulah saya sadar siapa saya di mata kamu, dan siapa kamu dimata saya. Kita mungkin memang punya impian yang sama, sama-sama ingin mengejar yang dicinta seperti apa katamu waktu itu. Tapi, impian kita sangat berlawanan. Tidak mungkin saya harus selamanya mengejar kamu selagi kamu terus-terusan mengejar dia. Seperti kedua roda sepeda yang tak akan pernah bertemu ketika semuanya saling maju. Begitupun saya dan kamu. Mungkin benar kata orang, cinta memang tak harus memiliki. Mungkin ini adalah saatnya saya mengakhiri sisa harapan kecil yang saya genggam dan melepaskannya untuk berpindah menuju sesuatu yang indah. Pindah untuk sesuatu yang akan membawa saya menuju bahagia. Pindah untuk mencari harapan baru yang bukan sekedar impian. Pindah untuk menemui cinta yang nyata.
Sampai hari ini, saya masih mengingat jelas tentang kamu. Masih sesekali menyentuh bayang-bayangmu dalam mimpi saya. Saya sama sekali tidak berniat lagi untuk menghindar darimu. Saya juga tidak ingin melupakan kamu yang pernah mengisi hati saya, saya tidak mampu semudah itu untuk menghilangkan kamu dari ingatan saya. Yang saya perlu dan inginkan hanyalah sekedar berpindah. Dari hati-mu menuju hati lain; dari kehampaan menuju keberadaan; dari harapan menuju kepastian; dan dari kesedihan menuju kebahagian.

Hanya sekedar berpindah, siapa tahu, perpindahan akan mengantarkan saya pada sesuatu yang lebih indah. Move is better, isn’t it? -m-

Senin, 16 Desember 2013

Kode baru(?)

Senin siang. Hujan.

Untuk beberapa waktu kedepan, setiap penggunaan -m- di akhir posting, itu bukan kesalahan ketik, bukan emot, dan bukan juga inisial seseorang. -m- itu jadi kode baru buat posting cerita-cerita pendek yang dibuat cuma sebagai ilustrasi. Bukan dari kisah nyata dan bukan juga curahan hati saya, tapi diambil dari kisah kebanyakan orang yang bakal jadi cerita pendek dengan sudut pandang orang pertama. 
Jadi, jangan fikir semua yang saya tulis adalah saya, ya. Selamat membaca :)


Kamis, 24 Oktober 2013

Ilustrasi

Ini bukan cerita saya, bukan juga dongeng-dongeng yang pernah terngiang ditelinga dulu. Ini hanyalah sebuah ilustrasi tentang bagaimana sakitnya menunggu seseorang yang tak pernah mau ditunggu, bagaimana sulitnya mengungkapkan tiga kata yang sering orang bilang, dan bagaimana perihnya diabaikan oleh seseorang yang selalu diperhatikan. 

      Sebenarnya, saya sudah menyimpan lama perasaan ini. Sejak dulu, sebelum kamu mengetahui nama saya, sebelum saya menjadi teman dekatmu. Ketika itu, kita berada dalam jarak yang dekat, tanpa kamu tahu, saya mengamati kamu. Berdiri tepat dibelakang saya, sedang bercengkerama dengan seseorang dibelakang saya, salah satu temanmu. Dengan suara khas kamu, kamu mulai bercerita kepada dia tentang "game" yang kamu mainkan di handphone-mu tadi. Kamu bilang, kamu baru saja memenangkan game tersebut dengan nilai yang mengalahkan nilai temanmu. Saya melihat lagi kebelakang, pura-pura mencari sesuatu didalam tas yang telah bertaut dalam pundak saya, hanya untuk melihat kamu. Tidakkah kamu tahu? Saya diam-diam memperhatikan kamu? Mencari celah kecil supaya bisa melihat senyum kamu. Kamu pastinya tidak tahu.
      Lalu, setelah beberapa lama kita berada dalam satu kelas yang sama, saya masih sama seperti dulu, mencuri-curi waktu memperhatikan kamu dan mencari perhatian dari kamu. Sampai akhirnya, kita berada dalam satu kelompok tugas dan saling bertukar nomor. Saya sering sekali mencoba mencari alasan untuk memulai sms hanya demi melihat balasan dari kamu yang mungkin saja memberi emot titik dua tutup kurung. Tapi, setiap saya mengirimkan pesan, saya hanya mendapatkan kamu yang sepertinya datar-datar saja. Padahal, kalau kamu mau tahu? sudah berapa banyak saya mengetik dan menekan tombol "delete" hanya untuk mengirimkan satu pesan buatmu? Kamu tidak pernah tahu. Karna kamu menganggap saya biasa.
      Sampai suatu hari, saya kembali mengirimkan pesan untukmu. Melalui sebuah permainan yang sedang booming saat itu, saya mengajak kamu untuk bermain bersama saya. Truth namanya, saya meminta kamu untuk jujur tentang siapa yang kamu anggap paling spesial selain keluargamu dan Tuhan. Kamu tidak menjawab, tapi saya tahu ada yang kamu sembunyikan. Beberapa hari yang lalu, kamu sempat masuk dalam deretan gossip kelas. Katanya, kamu punya perasaan khusus untuk dia. Ya, dia yang memang cantik, dan terlihat sempurna. Entah saya yang terlalu menyanjungnya atau memang kenyataannya. Sampai akhirnya kamu bilang kepada saya kalau kamu paling benci menunggu. Entahlah, kenapa saya sedikit merasa sakit mendengar ucapan kamu. Sepertinya kamu harus menunggu dia yang sudah mencairkan hati kamu. Sampai saya bertanya-tanya dalam hati, kenapa harus saya menunggu kamu yang tidak pernah menginginkan untuk ditunggu saya? Kenapa harus dia yang membuat kamu rela menunggu meskipun sebenarnya kamu benci menunggu? 
       Lalu, kamu mengutarakan balik pertanyaan yang sempat saya tanyakan buatmu. Entah apa yang harus saya jawab. Jujur memang katanya indah. Tapi, masihkah jujur itu indah saat kita tidak merasa bahagia atas kejujuran kita? Setelah sempat menghapus pesan dan mengetik lagi beberapa kali, saya memutuskan untuk tidak mengungkapkan tiga kata itu. Rasanya, sulit untuk mengaku suka pada orang yang sama sekali tidak menaruh hati untuk kamu. Bukankah, begitu? 
      Kamu masih belum mengungkap siapa orang yang spesial bagimu, sampai setelah lebih dari dua puluh kali saya menanyakannya, kamu masih belum ingin mengatakan. Sebenarnya, saya tidak ingin mendengarnya jika yang kamu maksud adalah dia. Sebenarnya, saya tidak ingin dikecewakan. Tetapi, bukankah wanita butuh kepastian? Tahukah kamu kalau saya begitu benci membawa namanya untuk kita perbincangkan? Tapi apa boleh buat, bukan hak saya untuk protes atau mengeluh dan memaksa kamu memilih saya. Saya bukan pilihan kamu, sepertinya.
      Bahkan, seberapapun banyaknya bentuk perhatian saya kepada kamu, kamu tetap mengabaikannya. Malah saya tidak tahu apakah kamu menyadari atau tidak kalau saya sudah memperhatikan kamu lebih dari teman. Sepertinya, kamu tidak tahu itu, tidak peka. Entahlah, saya yang terlalu berharap atau kamu yang terlalu kejam dalam hal ini. Yang saya tahu, saya ingin kamu menyadari bahwa saya tidak ingin kamu abaikan, tidak ingin kamu acuhkan. Boleh saja, bukan, apabila saya menaruh setitik harapan kepada kamu? Supaya saya tau bagaimana rasanya diperhatikan, supaya saya berhenti merasakan lelah karena diabaikan. Bisakah?

Minggu, 29 September 2013

Hujan hari ini.

Hari ini langit tidak baik. Ia menampakkan tangisnya yang mengalir cukup deras. Membuat seharian ini saya harus menarik ulur selimut dan menuliskan sesuatu yang mengingatkan saya kepada hujan. Hujan hari ini  menjadi isyarat penuh bagi saya kalau memang sejatinya langit tak akan pernah membiarkan temannya disini kesepian hari ini. Ia mampu membuat orang-orang mengenang masa lalunya. Lewat hujan, misalnya. Teringat kembali beberapa waktu yang lalu, saya pernah bicara tentang pengalaman saya menuliskan beberapa harapan dalam perahu-perahu kecil. Saat ini saya sedang berusaha membenarkan buraman memori itu dalam benak saya. Ingin rasanya waktu itu diulang. Dimana saya masih optimis dengan harapan-harapan saya waktu itu. Dimana saya mampu menyunggingkan seutas senyum dalam secarik kertas yang seolah menjadi perahu kertas waktu itu. Sekarang saya hanya diam dalam kenangan. Mencoba mengingat-ingat lagi memori tentang hujan. Oh ya, dulu saya pernah mendapat sebuah kalimat dari seseorang yang tanpa saya ingat siapa orang itu. Katanya, dia menyukai hujan karena hujan bisa membuat air mata kita tak terlihat walaupun kita menangis. Saya sepenuhnya menyetujui ungkapan itu. Rasanya, terlalu banyak kebaikan hujan terselip diantara kekurangannya. Entahlah apakah hujan hari ini juga akan membawa kenangan indah tersendiri bagi saya atau malah menambah kenangan buruk tentang hujan. Yang saya tau, saya menyukai saat-saat hujan, dimana saya bisa dengan mudahnya tertidur lelap dan bermimpi untuk sesuatu yang indah atau malah memimpikan sesuatu yang benar-benar saya impikan.  

Hujan hari ini, akankah memberi
kenangan baru bagi saya?

Jumat, 30 Agustus 2013

Harapan yang lalu dan angan yang sekarang

Setelah membaca suatu karya tulis mungil tentang dia, saya mulai berpikir kembali ke masa lalu saya. Ingin rasanya saat-saat itu dihapuskan dari ingatan saya. Wajar, kan, kalau seseorang meletakkan harapan kecil untuk masa depan? Bukankah saya pernah bilang kepada seseorang disana kalau tanpa harapan kita tak tahu kemana akan melangkah? Samapun dengan saya yang pada waktu itu sedang menaruh harapan-harapan kecil lewat kertas berbentuk perahu yang saya alirkan disekolah dulu. Sampai saat ini, saya merasa harapan itu perlahan pergi. Entah kemana harapan itu mengalir. Yang jelas, saya terlalu takut untuk mengakui kalau harapan itu terlalu mustahil. 
Alunan suara merdu seseorang disana yang terus-terusan menyebut Maybe Tomorrow saat ini menjadi lagu yang menemani saya dalam sepi. Membawa saya menuju titik awal dimana saya mulai menaruh harapan itu. Apakah saya harus meninggalkan harapan itu untuk membawa angan yang baru? Mungkinkah harapan itu memang benar mustahil adanya? Sampai-sampai saya terus-terusan menyebut 'tidak' ketika semua orang mulai menyinggung satu dari tiga harapan itu? 
Terdengar sedikit aneh untuk memaksa harapan itu terwujud untuk saya. Masih saya ingat jelas bagaimana ucapan saya dengan riangnya berkata 'Ini akan terjadi' saat saya mengalirkan harapan itu. Masih sangat melekat diingatan saya hari itu; Dimana hujan menjadi saksi bahwa saya menuliskan harapan saya dan mengirimkannya kepada Neptunus. Berharap seperti sebuah novel yang saya baca, kalau Neptunus akan membalas surat saya dengan menghadirkannya didunia nyata. Ah, itu terlalu mimpi, mungkin.
Sekarang saya merasa harapan itu benar-benar bukan untuk dibawa kedunia nyata. Mungkin, membiarkan harapan itu semu disana lebih baik daripada berkelanjutan menunggui harapan yang tak pasti. Meskipun disini seseorang yang ragu untuk membawa angan yang baru mulai kebingungan mendapati dirinya yang tengah mengais-ngais kenangan dulu.

Rabu, 21 Agustus 2013

Truth or Dare

Niatnya cuma iseng dan itung-itung ngisi waktu liburan kemaren, Eh, taunya jadi deh buku dadakan yang dibuat sedemikian rupa semampu pikiran yang udah full sama kegiatan-kegiatan persiapan mos yang absurd.

Taraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!










Jumat, 07 Juni 2013

(again)

And for the umpteeth time i get this. I do not know how karma is, maybe this state called karma? I do not know. That i know, all about this problem only because me. Not someone else. This is my mistakes and not anyone else. Cause i broke all the belief and cause i'm to fool to face the world. Here is me who admit my mistakes, here is me who always give bad for you, here is me who can say i'm sorry. 

Rabu, 05 Juni 2013

Maybe..♥ #last

“Sel, tugas Pak Bondan udah buat?” tanya Ocha menghampiri Selline yang tengah duduk santai di taman menikmati secangkir kopi instan.
“Udah. Kenapa?”
“Boleh pinjem? Aku udah 2 kali missed pelajaran Pak Bondan. Jadi, you know lah.”
“Iya, pinjem aja.”
“E.. sel?”
“Ya?”
“Kemarin, Joseph bbm aku.” Ocha kembali meneruskan ucapannya, “Dia nanya-nanyain kamu tuh.”
“Apa?”
“Ya, nanya-nanya biasa. Kamu masih baik-baik aja kan sama dia?”
Selline menarik nafas panjang, “Ocha, sudah dari setahun yang lalu kan aku bilang, aku itu gak pacaran sama Joseph.” nada Selline mulai meninggi.
“Iya-iya. Aku sih emang agak gak percaya, tapi ya kalo dipikir-pikir, gak mungkin juga. Ah, udahlah.”
“Hm..” jawab Selline acuh. Entah apa yang terbesit dipikirannya. Semuanya terasa runyam.
“Sel?” Ocha kembali menyebut nama itu.
“Kenapa?” Selline menjawab dengan nada yang tinggi.
Kali ini, Ocha membatalkan apa yang ingin ia ucapkan. Biarlah Selline mengetahuinya sendiri nanti.
Hari-hari dijalani Selline seperti biasa, tanpa ada yang special atau menarik. Sudah terlalu sulit baginya mendapatkan yang special semenjak malam itu. Meskipun ada Leo yang setiap hari menjadi ojek-nya bahkan ada Arfan yang setiap minggu selalu membawakannya setangkai mawar putih, tetap saja semua itu tidak sehangat dulu. Sampai hari ini tiba. Hari dimana Selline harus merasakan jantungnya berdetak 1500 kali permenit dan matanya sudah 100 detik tidak berkedip hanya karena orang ini.
“Wow bro! Kabar itu bener ternyata.” ujar seseorang menepuk pundak laki-laki itu.
“Kabar?”
“Ya, Joseph pindah kesini. Gitu kata temen-temen yang lain, ternyata bener. Kenapa pindah man?” Roy menyunggingkan senyumnya.
Selline hanya bisa menatap itu dari kejauhan. Ia bertanya-tanya dalam hati, kenapa ia harus dipertemukan dengan masa lalu?
“Sebenernya, waktu itu aku mau kasih tau kamu sel, tapi kamunya kayaknya lagi marah gara-gara aku ngobrolin Joseph.” Ocha menyadari bagaimana seorang perempuan yang duduk disebelahnya itu begitu terperangah melihat kehadiran “teman lama”.
Tak banyak yang ia lakukan. Berjalan bersama Roy entah kemana. Sementara Selline hanya melihat “ia” dari kejauhan. Sesak rasanya. Terlalu berat untuk menghadapi masa lalu. Kenapa masa lalu ini datang kembali?
“Dia.. masuk fakultas apa?”
“Hukum sel, sama kayak kita. Di Jakarta, dia sering bolos, jadi udah berapa kali dapet SP. Sampe akhirnya orang tuanya maksa dia ikut ortunya disini. Katanya, biar ga bolos.” Ocha menjelaskan.
“Dia tau aku disini?”
“Ya iyalah. Makanya dia mau kesini.” Elis menjawab dengan lugunya.
“Oh.” Jawabnya pelan bahkan hampir tak terdengar oleh kedua temannya.
Selline tidak tau apa yang harus ia lakukan. Ia hanya diam, terpaku masih menatap sosok seorang dari belakang itu tanpa berkata apa-apa. Masih aneh, rasanya. Debar jantung, mata yang terbelalak, dan tubuh yang seakan kaku itu tidak dapat dipungkiri masih menyimpan secercah harapan. Kali ini benar, ini bukan kelabu. Ini nyata dan perlahan, Selline mulai menyunggingkan senyumnya kearah kedua temannya. Ocha dan Elis hanya saling melirik dan seakan mengerti maksud senyuman itu.
***
Ini adalah hari baru, Selline mencoba membuka buku usang yang tersimpan rapi di laci meja kamarnya. Ia tersenyum melihat sebuah tulisan tinta hitam yang telah memiliki jawaban, “Ya”, ujarnya dalam hati, sambil menatap lembar paling akhir dari buku harian itu, “God has given to me my destiny, J”. Segera, ia menyelipkan sebuah kertas kecil dihalaman paling akhir buku itu. “This day is the 20nd ours. You’re truly mine, and I’m truly yours, J

Nb:
Selamat datang kembali masa lalu, inikah yang mereka sebut tentang cinta? –kalimat terakhir Selline dalam buku hariannya yang ia tulis dua puluh tiga tahun yang lalu.


Senin, 27 Mei 2013

Ass: Wedding Invitation


Baru-baru ini dapet tugas akhir semester dari guru bahasa inggris untuk buat undangan, boleh pilih antara birthday invitation / wedding invitation. Saya sama kedua temen absurd yang satu kelompok sama saya akhirnya mutusin buat pilih wedding invitation. 
Ceritanya nih Ms.Yeni kasih tugas itu udah dari 17 Mei yang lalu, tapi, karna dikumpulnya tanggal 24, mulai deh kerja moloorr. Yahh, wajar aja sih, soalnya 18-19 itu ada kegiatan kemah disekolah, jadi mesti banyak persiapan, tanggal 20-21 lagi padet-padetnya ulangan, jadi ya cuma bisa buat pas lagi free, ya tanggal 22&23. Bilangnya sih iya mau kerja kelompok, pas sampe ke markas kelas yang jatuh tepat di rumah saya, eh malah makan kentang+buat pr akuntansi yang tiba-tiba dikasih. Okesip, ini molor (aja). Besoknya, saya sama kedua temen saya lanjut ngerjain tugas bahasa inggris (E? Lanjut?). Kali ini waktunya cuma dari jam setengah 3 sampe jam setengah 5. Jadi mesti bener-bener gesiiitttt gesiiittt iritt. Wajar sihya, abisnya temen saya itu ada yang rumahnya jauh. Kalo dari rumah saya aja bisa 2 jam-an kerumahnya.Yaah, resiko pelajar lahya.
Mulai ngebuat segala sesuatu yang berkaitan dengan wedding invitation yang udah didesain kemaren, bener-bener kewalahan pas tau udah jam setengah 5 tapi masih belom nempel apapun. Langsung kerja super gesit dan alhasil, jadi deh Wedding Invitation "Billy & Patricia" (Entah siapa) ala-ala Paris gitu. Hehe. 
nb: dibuat dengan penuh perjuangan 













Gimana undangannya? :D hhi, ada yang minat buat pesen? Kalo ada contact personnya ke @LidyaMarselina, @PupuJuniarR, sama @Vanes_279 yaaah (eleh-..-) hahaha



Selasa, 14 Mei 2013

Someday

Ketika mulai diingkari, masihkah janji itu dibutuhkan? Rasanya tanpa berjanji mungkin lebih baik. Tapi, nyatanya janji itu telah terbuat dan i have nothing to say untuk janji "lalu" ini. Tidakkah ada sebuah jawaban atas pertanyaan itu? Bukankah ketika sebuah pertanyaan dilontarkan, ada jawaban yang diharapkan? Ini bukan curahan hati yang saat ini sedang dilanda bingung, bukan juga bermaksud untuk menyindir sosok seorang yang dipanggil "2". Ini hanya sekedar penepatan janji yang secara tidak langsung akan disadari dan dipahaminya suatu waktu nanti. 

Minggu, 14 April 2013

Maybe..♥ #7


         Ini hari pertama. Setelah seminggu menapakkan kaki di Bandung, ini hari pertama untuk Selline datang menemui guru yang disebut dosen, menemui murid lain yang disebut mahasiswa, menemui sekolah yang disebut Universitas.
         “Hei?” ujar seseorang menepuk pundak Selline.
         “Rossa?” Selline berucap sedikit ragu.
         “Haha,Kaku banget sih manggilnya. Panggil aja Ocha.” Ucapnya santai.
         “Baiklah-baiklah. Kamu? Disini juga?”
         “Ya, senang bertemu kembali denganmu.” Ujarnya dengan senyuman mengembang.
         “Kupikir hanya aku yang kesini.”
         “Hey, itu salah besar. Kau tahu Roy? Kapten basket ? Dia juga disini, dan… Eliss? Si pianis itu?”
         “Benarkah? Wohh! I missed the info.” Ucap Selline diiringi tawa yang menyusul.
         Pertemuan Selline dengan Ocha berjalan begitu saja. Seperti memang sudah akrab sebelumnya, meskipun sebenarnya, Selline hanya sekedar mengetahui Ocha dari teman-temannya. Begitupun dengan Roy dan Elis, ia hanya tau sebatas nama dan wajah. Bahkan mungkin, Roy dan Elis tak mengenalnya. “haha” tawanya dalam hati.
         “Sel, jadi ceritanya LDR nih?” ujar Ocha tiba-tiba sambil meletakkan tas-nya di hari pertama ospek senin itu.
         “Maksud kamu cha?”
         “Heleh, kamu lupa/ pura-pura gak tau?”
         Selline terdiam, mencoba menerka maksudnya, tapi ia kembali mendesah, “Siapa?”
         “Joseph lah lin, masa lupa sih?” jawab Ocha kemudian diiringi “heh”.
         Astaga! Selline bahkan tak tahu apa-apa tentang Ocha, tapi kenapa sampai sebegitu dalamnya Ocha tau tentang dia?
         “Haha” tawanya singkat, “Aku gak LDR tau. Pacaran aja enggak.” Selline menepis benar-benar keras.
         “Pasti aneh ya darimana aku tahu kabar itu?” Ocha mencoba menerka maksud Selline yang sebenarnya sangat jelas terpancar dari wajahnya.
         “Hmmm…” belum sempat Selline menjawab, Ocha sudah melanjutkan, “Kamu sama Joseph itu udah terkenal sel, siapa sih yang gak tau? Kamu tanya Roy yang super duper cool aja pasti tau. Kalian pacaran kan?”
         Dup! Selline seolah diterpa angin, dibawa menuju kutub utara, kembali mengitari padang pasir dan akhirnya menyusuri Samudera Hindia! Semua tahu? Tidakkah itu berlebihan?

Sabtu, 30 Maret 2013

Sabar.

Sampai sekarang, saya tidak tau sudah berapa banyak fake smile yang saya sunggingkan. Saya juga tidak tau sudah berapa banyak fake story yang kamu lantunkan. Rupanya, tak terhitung, hingga untuk diingat pun, rasanya sulit sembilan puluh sembilan persen. Saya tidak tau seberapa besar, seberapa luas, dan seberapa tinggi sabar saya, yang jelas untuk saat ini, sabar saya terasa akan habis. Apakah saya sudah sampai pada batasan sabar saya? Ya, mungkin. Lalu? Apa yang hendaknya saya lakukan? Cukupkah dengan tangisan? Akankah kebahagiaan yang seringkali saya sebut dengan kesedihan yang berujung itu akan datang pada saya melalui doa yang saya haturkan saat mata mulai memancarkan binar dan bibir mulai bergetar? Tidak ada yang bisa menjawab kecuali Tuhan. Biarlah apa yang saya rasa ini hanya sekedar curhatan belaka tanpa maksud untuk menjelek-jelekkan seorang 'kamu' .

Kamis, 07 Maret 2013

Picstory

How can? A girl broke and a boy ok. 

I hope i'll love. Not fall in love 


Keep strong..

How can "ve" of "love" being "lost" ?

I think i'd be a loved people if you say it. 

no problem with ldr? 

If i can........

Key of my heart♥

If this is twitter, i'll RT-ing this tweet more than once. 

If we can cancel..........

Minggu, 24 Februari 2013

Rumah hantu

Sebenernya posting ini harusnya dibuat waktu rabu kemaren, tapi apa boleh buat? sibuk kerja kelompok sama kerjain tugas yang lagi numpuk-numpuknya. Yah, you know lah, resiko pelajar. Balik aja ke judul ya. Jadi ceritanya rabu kemaren saya ke rumah hantu bareng kesembilan temen unyu yang lucu tanpa ampun. Sampe didepan tempatnya aja rasanya udah mau balik, kaki udah gemeter. Tapi mau gimana lagi? udah ngebet pengen kesana dari desember lalu. Jadi sampe disana saya sama temen saya langsung bayar kupon. Sempet ada debat sih, soalnya katanya yang boleh masuk cuma 5 orang. Padahal ada 10 pasukan dan tau sendiri gimana hebohnya kalo cuma 5 orang. Alhasil, saya sama lima temen saya jadi kloter satu, yang empatnya lagi kloter dua (kaya naik haji). Baru masuk pake mata merem aja udah jeritannya keras (banget), apalagi pas nyampe tangga? Ada kejadian super absurd yang ngegelitik perut saya waktu didalem ruangan ._. kejadiannya apa sih gak boleh tau, privasi si dia katanya. Anyway, sehabis keluar dari wahananya saya sama yang lainnya udah kaya abis mandi. Keringet udah kayak air ngalir, deres banget. Kaki gemeter. Makasih aja deh buat yang buat wahana gituan, makasih udah buat tugas kelompok yang tadinya mau saya kerjain sama temen-temen saya hari itu terbengkalai_.v


Kamis, 14 Februari 2013

Valentine♥

Hari ini TL rame sama ucapan happy valentine's day, ada juga yang ngetweet galau karna gak dapet hadiah spesial dari someone special hari ini, ada juga yang sibuk ngetweet kalo valentine itu dilarang agama lah, gak ada lah, atau hal-hal sejenisnya yang saya abaikan.
Gak cuma TL yang rame, tapi juga kelas. Ceritanya, hari ini ada acara tuker kado kelas (diundi). Kelas udah banjir-banjirnya coklat, saya malah dapet bunga. However, it's noproblem. Saya juga sempet dapet kado dari temen saya vanessya&pupu makasih banyak ya kadonya, makasih juga buat ucapan yang udah buat saya senyum mengembang lengkung. Ohya, satu lagi, makasih buat nanda sama erlinda yang udah kasih coklat kecil buat saya yang gak sempet saya foto. Makasih banyak<3

dari vanes sama arief

ini ucapan dari vanes yang asli buat ngakak 

ada yang dari vanes ada yang dari orang lain. mirip ya

Lucu, wkwk


Makasih pupu:)

dari pupu:-)




Rabu, 13 Februari 2013

Orang india?

Jadi ceritanya gini, kemaren itu sekolah saya pulang cepet. Soalnya, yang kelas XII mau try out /horeee/ tapi, pulang cepetnya ketunda. Anak kelas X disuruh kumpul dulu kelapangan, katanya sih ada pengumuman. Jam setengah sepuluh (kira-kira) semua anak kelas X udah kumpul dilapangan. Baris sok rapi (padahal gak rapi) kayak mau upacara. Eh taunya, ada guru bahasa inggris yang dateng sama bule. Nahloh, bule mana coba?

Ternyata, si bule itu dari India, mau praktekin cara buat berbagai bentuk dari kertas. Barisan yang awalnya mirip mau upacara langsung mencar, semua anak duduk di lapangan dan dengerin si bule yang mulai praktek pake bahasa inggris. Anak-anak mah pada sok yes aja, padahal ngerti juga kagak /haha/. Alhasil, beberapa murid kelas saya banyak yang minta foto sama tuh bule. Lumayan lah kenang-kenangan buat #TeensXAkOneXa.






Maybe..♥ #6

 Apakah hanya untuk kamu aku tercipta? Tidak, bukan? Tapi kenapa sampai detik ini hanya kamu yang sejatinya membuat otak ini mengingat satu nama orang dan membuat jantung ini berdebar sepuluh kali lipat ketika bersama seseorang? Akankah aku menyambut kebahagiaan yang kusebut dengan ‘mustahil’?
 “Sell, bengong aja. Ayo, acara udah mau mulai.” Ujarnya memanggil namaku.
         “Iya.” Jawabku singkat sambil berjalan dengan segala upaya untuk menyunggingkan senyum dihari yang mereka katakan ‘perpisahan.’
           “Ohya, tadi aku ketemu mama kamu, cantik ya.”
         Aku hanya menyunggingkan senyum sedikit (lagi). Tak ada yang harus kujawab dan tak ada yang bisa kukatakan. Hanya sekedar basa-basi, bagiku.
          “Kenapa diem aja? Kapan lagi coba kita sama-sama kayak gini?” Rebeca menepuk pundakku.
          “Aku bingung mau bilang apa.” Jawabku (masih) dengan ekspresi datar.
          Rebeca melihat sekeliling, kembali ia menepuk pundakku, “Sell, liat Joseph!” ujarnya dengan penuh antusias.
          “Iya, aku liat. Terus kenapa?”
      “Yaampun Sel. Udah seganteng itu loh, liat jasnya , sepatunya, awww! Beda sel beda.” Rebeca bertepuk tangan kecil.
          Aku hanya menarik nafas panjang, “Iya, Javen juga.”
          “Jelas dong. Aku yang menyarankan dia pake baju yang mana, sepatu, jas, ka…..”
        Belum sempat Rebeca menyelesaikan ucapannya, aku langsung memotong, “Iya-iya. Udah berapa kali kamu ngomong gitu.” Ya, memotong berarti mempersingkat. Sebelum aku makin terdiam dan menyimpan rasa iri dalam hati.
      Selama hampir 2 tahun, aku hanya sekedar dicintai oleh seorang laki-laki yang kelabu. Kadang menghilang, kadang datang dengan membawa sejuta cerita fiktif yang sepertinya ia persiapkan berbulan-bulan. Berbeda dengan Rebeca, jelas. Hampir 2 tahun, ia memiliki hubungan yang jelas dengan Javen. Bahkan mereka masuk ke universitas yang sama. Berbeda denganku dan Jo………. Tidak. Maksudku, berbeda dengan aku dan Rebeca yang hanya bisa menjalin persahabatan via telepon atau socmed lainnya. Ya, aku akan pindah ke Bandung, sementara Rebeca masih di kota kelahiranku ini.
       

Sabtu, 09 Februari 2013

Psikotest

Posting ini saya buat segera setelah saya sampe dirumah. Perjalanan panjang otak saya hari ini bener-bener melelahkan. Pertama, masuk kelas terus belajar kayak biasa. Oke, ini udah hal biasa. Kedua, pelajaran tanpa guru. Matematika, nama pelajarannya. Pelajaran yang sampe sekarang belum berubah julukannya ;hitung-hitungan; Begitu juga hari ini, meski sang guru gak masuk, tetep ada tugas tentang spldv cramer yang sesekali ngebuat saya berkata ;aduh; Oke, ini udah langganan.
Sekarang waktunya buat BMP. Biasa aja, tadinya. Tapi berubah (180 derajat) setelah ternyata di akhir acara masih ada psikotest buat calon pengurus baru osis. Nahlo! saya sama bunda, pupi, beta, dan arief cuma bisa deg-degan setengah hidup. Gak biasanya, ini beneran gemeter. Aneh, rasanya udah lebih-lebih mau ikut ujian nasional, bisa dibilang. Dan yawn! Ini saatnya buat psikotest dimulai. Ada 100 soal yang dikerjain 15 menit (kalo gak salah), dan okefine aja sih ya, soalnya buat mata saya meraba-raba soal, karena jarak sama lcd yang lumayan jauh dan juga meraba-raba jawaban. "Ini gak tau apa yang ditanya." kata salah satu temen saya. Beda sama temen sebelah saya yang lirik sana lirik sini. Beda lagi sama saya yang udah kayak dijedotin ke tembok saking pusingnya. Emang sih ya, saya mah jalanin aja, lulus gak lulus tetep bilang yaudah. Cuma mau bilang makasih ajaya buat soalnya, makasih udah ngajak otak saya jalan-jalan sampe akhirnya mentok dan bingung arah jalan pulang (kok jadi kayak lagunya rumor?). Overall, tft!!!<3<3

Jumat, 08 Februari 2013

Lupakan

Kemarin, saya seperti baru melihat masa lalu saya. Melihat masa lalu membuat saya lebih banyak mengingat daripada menyambut. Ingatan tentang masa lalu yang sebenarnya tidak seindah yang orang jabarkan dan tidak seburuk yang saya katakan itu masih menempel jelas dalam ingatan saya. Entah kenapa, mengingat memang lebih mudah daripada melupakan. Masa lalu itu jelas meskipun sedikit kelabu, masa lalu itu indah meskipun sedikit membuat saya mengerutkan kening. Merasa bahwa masa lalu itu kembali, saya mencoba untuk memilih menghibur diri sendiri dengan mereka. Mereka yang tentunya adalah moodbooster dan mereka yang tentunya seorang teman. Tapi, masih ada rasa mengganjal yang berteriak dalam batin saya, "Berubah-berubah-berubah", katanya. Entah apa yang sudah berubah dari mereka, saya tidak terlalu mempermasalahkan itu. Selama mereka masih bisa menjadi moodbooster untuk saya, selama mereka tidak membawa saya kembali kemasa lalu, dan selama mereka akan membawa saya untuk menyambut. Menyambut sesuatu yang mereka panggil dengan sebutan kebahagiaan.

Minggu, 06 Januari 2013

Tak terduga-

Ini cuma sekilas posting singkat yang ditulis ketika masih dihampiri rasa gak percaya tapi juga seneng banget. Langsung ke topik. Hari ini, saya baru tau kalo saya di follow Connie. As well as you know, connie itu penyanyi cilik dari England yang diundang ke Idola cilik. Runner Up waktu di salah satu ajang kompetisi musik disana waktu dia umur 6 tahun. Oke, ini suatu keanehan. Saya pun tau kalo saya di follow sama Connie dari temen saya @zxcvasds. Emangsih 4 Januari lalu saya minta followback, terus entah gimana, saya tanpa sengaja nge-unfoll connie. dan itu baru saya tau hari ini juga. Aneh. Intinya ini semacam speechless.
Makasih untuk @adhipermanaaa dan @ConnieTalbot607 untuk jadi MOODBOOSTER saya hari ini. Makasih untuk followback plus mention dari kak Adhi dan makasih untuk followback dari Connie |=) (masih speechless) -oo-



Sabtu, 05 Januari 2013

SCRAP-book

Scrapbook. Awalnya, cuma liat dari blog seseorang yang gak sengaja saya baca tentang scrapbook dan saya cuekin aja. Tapi, pas liat berita di antv tentang scrapbook, saya jadi pengen buat. Ya, itung-itung koleksi lah.

Scrapbook sendiri artinya metode untuk menyimpan foto-foto dengan hiasan timbul di kertas yang cukup tebal. Hiasannya bisa berupa tulisan, pita, kancing, atau gambar-gambar yang sesuai sama foto. Ya, misalnya kamu mau pasang foto sama pacar, berarti tulisan atau gambar yang diambil temanya 'love'. Kalo sama temen-temen berarti temanya 'friendship'.Kurang lebih kayak gitu lah ya.

Entah ada angin apa (angin puting beliung, angin topan, angin cetar lalala) saya tiba-tiba kepengen buat scrapbook. Oke. langsung aja saya searching tentang bahan-bahan buat scrapbook manual. Ada scrapbook paper, scrapbook design, scrapbook layout. Saya tinggal pilih dan print. Keterampilan utama yang harus dipunyai waktu buat scrapbook yaitu keterampilan 'berkreasi; menggunting; merangkai;'. Kalo udah punya tiga keterampilan itu, saya rasa gak terlalu susah.

Niat saya untuk buat scrapbook juga didukung sama kedua kakak saya yang juga niat buat scrapbook. Akhirnya, scrapbook versi saya pun jadi. Sebenernya, lebih tepat disebut scrap paper kaliya, soalnya saya belum sempet bikin yang banyak sampe jadi buku. Alhasil, scrap paper buatan saya gak jelek-jelek amat lah ya. See!

























Lumayan lah ya, seenggaknya untuk pemula. Sebenernya masih ada lagi yang saya buat, tapi bukan foto saya. Rencananya, saya mau buat scrapbook beneran buat someone, tapi liat aja dulu kedepannya, kali aja ada ide baru. Buat yang mau tau cara buat atau mau kasih saran, kasih komentar aja di postingan blog ini atau mention ke twitter saya. Well, selamat mencoba buat yang tertarik ;-) LM