Rabu, 21 Agustus 2013
Jumat, 07 Juni 2013
(again)
And for the umpteeth time i get this. I do not know how karma is, maybe this state called karma? I do not know. That i know, all about this problem only because me. Not someone else. This is my mistakes and not anyone else. Cause i broke all the belief and cause i'm to fool to face the world. Here is me who admit my mistakes, here is me who always give bad for you, here is me who can say i'm sorry.
Rabu, 05 Juni 2013
Maybe..♥ #last
“Sel, tugas Pak Bondan udah buat?” tanya Ocha menghampiri
Selline yang tengah duduk santai di taman menikmati secangkir kopi instan.
“Udah. Kenapa?”
“Boleh pinjem? Aku udah 2 kali missed pelajaran Pak Bondan.
Jadi, you know lah.”
“Iya, pinjem aja.”
“E.. sel?”
“Ya?”
“Kemarin, Joseph bbm aku.” Ocha kembali meneruskan
ucapannya, “Dia nanya-nanyain kamu tuh.”
“Apa?”
“Ya, nanya-nanya biasa. Kamu masih baik-baik aja kan sama
dia?”
Selline menarik nafas panjang, “Ocha, sudah dari setahun
yang lalu kan aku bilang, aku itu gak pacaran sama Joseph.” nada Selline mulai
meninggi.
“Iya-iya. Aku sih emang agak gak percaya, tapi ya kalo
dipikir-pikir, gak mungkin juga. Ah, udahlah.”
“Hm..” jawab Selline acuh. Entah apa yang terbesit
dipikirannya. Semuanya terasa runyam.
“Sel?” Ocha kembali menyebut nama itu.
“Kenapa?” Selline menjawab dengan nada yang tinggi.
Kali ini, Ocha membatalkan apa yang ingin ia ucapkan.
Biarlah Selline mengetahuinya sendiri nanti.
Hari-hari dijalani Selline seperti biasa, tanpa ada yang special
atau menarik. Sudah terlalu sulit baginya mendapatkan yang special semenjak
malam itu. Meskipun ada Leo yang setiap hari menjadi ojek-nya bahkan ada Arfan
yang setiap minggu selalu membawakannya setangkai mawar putih, tetap saja semua
itu tidak sehangat dulu. Sampai hari ini tiba. Hari dimana Selline harus
merasakan jantungnya berdetak 1500 kali permenit dan matanya sudah 100 detik
tidak berkedip hanya karena orang ini.
“Wow bro! Kabar itu bener ternyata.” ujar seseorang menepuk
pundak laki-laki itu.
“Kabar?”
“Ya, Joseph pindah kesini. Gitu kata temen-temen yang lain,
ternyata bener. Kenapa pindah man?” Roy menyunggingkan senyumnya.
Selline hanya bisa menatap itu dari kejauhan. Ia
bertanya-tanya dalam hati, kenapa ia harus dipertemukan dengan masa lalu?
“Sebenernya, waktu itu aku mau kasih tau kamu sel, tapi
kamunya kayaknya lagi marah gara-gara aku ngobrolin Joseph.” Ocha menyadari
bagaimana seorang perempuan yang duduk disebelahnya itu begitu terperangah
melihat kehadiran “teman lama”.
Tak banyak yang ia lakukan. Berjalan bersama Roy entah
kemana. Sementara Selline hanya melihat “ia” dari kejauhan. Sesak rasanya.
Terlalu berat untuk menghadapi masa lalu. Kenapa masa lalu ini datang kembali?
“Dia.. masuk fakultas apa?”
“Hukum sel, sama kayak kita. Di Jakarta, dia sering bolos,
jadi udah berapa kali dapet SP. Sampe akhirnya orang tuanya maksa dia ikut
ortunya disini. Katanya, biar ga bolos.” Ocha menjelaskan.
“Dia tau aku disini?”
“Ya iyalah. Makanya dia mau kesini.” Elis menjawab dengan
lugunya.
“Oh.” Jawabnya pelan bahkan hampir tak terdengar oleh kedua
temannya.
Selline tidak tau apa yang harus ia lakukan. Ia hanya diam,
terpaku masih menatap sosok seorang dari belakang itu tanpa berkata apa-apa.
Masih aneh, rasanya. Debar jantung, mata yang terbelalak, dan tubuh yang seakan
kaku itu tidak dapat dipungkiri masih menyimpan secercah harapan. Kali ini
benar, ini bukan kelabu. Ini nyata dan perlahan, Selline mulai menyunggingkan
senyumnya kearah kedua temannya. Ocha dan Elis hanya saling melirik dan seakan
mengerti maksud senyuman itu.
***
Ini adalah hari baru, Selline mencoba membuka buku usang
yang tersimpan rapi di laci meja kamarnya. Ia tersenyum melihat sebuah tulisan
tinta hitam yang telah memiliki jawaban, “Ya”, ujarnya dalam hati, sambil
menatap lembar paling akhir dari buku harian itu, “God has given to me my destiny, J”. Segera,
ia menyelipkan sebuah kertas kecil dihalaman paling akhir buku itu. “This day
is the 20nd ours. You’re truly mine, and I’m truly yours, J”
Nb:
Selamat datang kembali masa lalu, inikah yang mereka sebut
tentang cinta? –kalimat terakhir Selline dalam buku hariannya yang ia tulis dua puluh tiga tahun yang lalu.
Senin, 27 Mei 2013
Ass: Wedding Invitation
Baru-baru ini dapet tugas akhir semester dari guru bahasa inggris untuk buat undangan, boleh pilih antara birthday invitation / wedding invitation. Saya sama kedua temen absurd yang satu kelompok sama saya akhirnya mutusin buat pilih wedding invitation.
Ceritanya nih Ms.Yeni kasih tugas itu udah dari 17 Mei yang lalu, tapi, karna dikumpulnya tanggal 24, mulai deh kerja moloorr. Yahh, wajar aja sih, soalnya 18-19 itu ada kegiatan kemah disekolah, jadi mesti banyak persiapan, tanggal 20-21 lagi padet-padetnya ulangan, jadi ya cuma bisa buat pas lagi free, ya tanggal 22&23. Bilangnya sih iya mau kerja kelompok, pas sampe ke markas kelas yang jatuh tepat di rumah saya, eh malah makan kentang+buat pr akuntansi yang tiba-tiba dikasih. Okesip, ini molor (aja). Besoknya, saya sama kedua temen saya lanjut ngerjain tugas bahasa inggris (E? Lanjut?). Kali ini waktunya cuma dari jam setengah 3 sampe jam setengah 5. Jadi mesti bener-bener gesiiitttt gesiiittt iritt. Wajar sihya, abisnya temen saya itu ada yang rumahnya jauh. Kalo dari rumah saya aja bisa 2 jam-an kerumahnya.Yaah, resiko pelajar lahya.
Mulai ngebuat segala sesuatu yang berkaitan dengan wedding invitation yang udah didesain kemaren, bener-bener kewalahan pas tau udah jam setengah 5 tapi masih belom nempel apapun. Langsung kerja super gesit dan alhasil, jadi deh Wedding Invitation "Billy & Patricia" (Entah siapa) ala-ala Paris gitu. Hehe.
nb: dibuat dengan penuh perjuangan
Gimana undangannya? :D hhi, ada yang minat buat pesen? Kalo ada contact personnya ke @LidyaMarselina, @PupuJuniarR, sama @Vanes_279 yaaah (eleh-..-) hahaha
Selasa, 14 Mei 2013
Someday
Ketika mulai diingkari, masihkah janji itu dibutuhkan? Rasanya tanpa berjanji mungkin lebih baik. Tapi, nyatanya janji itu telah terbuat dan i have nothing to say untuk janji "lalu" ini. Tidakkah ada sebuah jawaban atas pertanyaan itu? Bukankah ketika sebuah pertanyaan dilontarkan, ada jawaban yang diharapkan? Ini bukan curahan hati yang saat ini sedang dilanda bingung, bukan juga bermaksud untuk menyindir sosok seorang yang dipanggil "2". Ini hanya sekedar penepatan janji yang secara tidak langsung akan disadari dan dipahaminya suatu waktu nanti.
Minggu, 14 April 2013
Maybe..♥ #7
Ini
hari pertama. Setelah seminggu menapakkan kaki di Bandung, ini hari pertama
untuk Selline datang menemui guru yang disebut dosen, menemui murid lain yang
disebut mahasiswa, menemui sekolah yang disebut Universitas.
“Hei?” ujar seseorang menepuk pundak Selline.
“Rossa?” Selline berucap sedikit ragu.
“Haha,Kaku banget sih manggilnya. Panggil aja Ocha.” Ucapnya santai.
“Baiklah-baiklah. Kamu? Disini juga?”
“Ya, senang bertemu kembali denganmu.” Ujarnya dengan senyuman mengembang.
“Kupikir hanya aku yang kesini.”
“Hey, itu salah besar. Kau tahu Roy? Kapten basket ? Dia juga disini, dan… Eliss? Si pianis itu?”
“Benarkah? Wohh! I missed the info.” Ucap Selline diiringi tawa yang menyusul.
Pertemuan Selline dengan Ocha berjalan begitu saja. Seperti memang sudah akrab sebelumnya, meskipun sebenarnya, Selline hanya sekedar mengetahui Ocha dari teman-temannya. Begitupun dengan Roy dan Elis, ia hanya tau sebatas nama dan wajah. Bahkan mungkin, Roy dan Elis tak mengenalnya. “haha” tawanya dalam hati.
“Sel, jadi ceritanya LDR nih?” ujar Ocha tiba-tiba sambil meletakkan tas-nya di hari pertama ospek senin itu.
“Maksud kamu cha?”
“Heleh, kamu lupa/ pura-pura gak tau?”
Selline terdiam, mencoba menerka maksudnya, tapi ia kembali mendesah, “Siapa?”
“Joseph lah lin, masa lupa sih?” jawab Ocha kemudian diiringi “heh”.
Astaga! Selline bahkan tak tahu apa-apa tentang Ocha, tapi kenapa sampai sebegitu dalamnya Ocha tau tentang dia?
“Haha” tawanya singkat, “Aku gak LDR tau. Pacaran aja enggak.” Selline menepis benar-benar keras.
“Pasti aneh ya darimana aku tahu kabar itu?” Ocha mencoba menerka maksud Selline yang sebenarnya sangat jelas terpancar dari wajahnya.
“Hmmm…” belum sempat Selline menjawab, Ocha sudah melanjutkan, “Kamu sama Joseph itu udah terkenal sel, siapa sih yang gak tau? Kamu tanya Roy yang super duper cool aja pasti tau. Kalian pacaran kan?”
Dup! Selline seolah diterpa angin, dibawa menuju kutub utara, kembali mengitari padang pasir dan akhirnya menyusuri Samudera Hindia! Semua tahu? Tidakkah itu berlebihan?
“Hei?” ujar seseorang menepuk pundak Selline.
“Rossa?” Selline berucap sedikit ragu.
“Haha,Kaku banget sih manggilnya. Panggil aja Ocha.” Ucapnya santai.
“Baiklah-baiklah. Kamu? Disini juga?”
“Ya, senang bertemu kembali denganmu.” Ujarnya dengan senyuman mengembang.
“Kupikir hanya aku yang kesini.”
“Hey, itu salah besar. Kau tahu Roy? Kapten basket ? Dia juga disini, dan… Eliss? Si pianis itu?”
“Benarkah? Wohh! I missed the info.” Ucap Selline diiringi tawa yang menyusul.
Pertemuan Selline dengan Ocha berjalan begitu saja. Seperti memang sudah akrab sebelumnya, meskipun sebenarnya, Selline hanya sekedar mengetahui Ocha dari teman-temannya. Begitupun dengan Roy dan Elis, ia hanya tau sebatas nama dan wajah. Bahkan mungkin, Roy dan Elis tak mengenalnya. “haha” tawanya dalam hati.
“Sel, jadi ceritanya LDR nih?” ujar Ocha tiba-tiba sambil meletakkan tas-nya di hari pertama ospek senin itu.
“Maksud kamu cha?”
“Heleh, kamu lupa/ pura-pura gak tau?”
Selline terdiam, mencoba menerka maksudnya, tapi ia kembali mendesah, “Siapa?”
“Joseph lah lin, masa lupa sih?” jawab Ocha kemudian diiringi “heh”.
Astaga! Selline bahkan tak tahu apa-apa tentang Ocha, tapi kenapa sampai sebegitu dalamnya Ocha tau tentang dia?
“Haha” tawanya singkat, “Aku gak LDR tau. Pacaran aja enggak.” Selline menepis benar-benar keras.
“Pasti aneh ya darimana aku tahu kabar itu?” Ocha mencoba menerka maksud Selline yang sebenarnya sangat jelas terpancar dari wajahnya.
“Hmmm…” belum sempat Selline menjawab, Ocha sudah melanjutkan, “Kamu sama Joseph itu udah terkenal sel, siapa sih yang gak tau? Kamu tanya Roy yang super duper cool aja pasti tau. Kalian pacaran kan?”
Dup! Selline seolah diterpa angin, dibawa menuju kutub utara, kembali mengitari padang pasir dan akhirnya menyusuri Samudera Hindia! Semua tahu? Tidakkah itu berlebihan?
Sabtu, 30 Maret 2013
Sabar.
Sampai sekarang, saya tidak tau sudah berapa banyak fake smile yang saya sunggingkan. Saya juga tidak tau sudah berapa banyak fake story yang kamu lantunkan. Rupanya, tak terhitung, hingga untuk diingat pun, rasanya sulit sembilan puluh sembilan persen. Saya tidak tau seberapa besar, seberapa luas, dan seberapa tinggi sabar saya, yang jelas untuk saat ini, sabar saya terasa akan habis. Apakah saya sudah sampai pada batasan sabar saya? Ya, mungkin. Lalu? Apa yang hendaknya saya lakukan? Cukupkah dengan tangisan? Akankah kebahagiaan yang seringkali saya sebut dengan kesedihan yang berujung itu akan datang pada saya melalui doa yang saya haturkan saat mata mulai memancarkan binar dan bibir mulai bergetar? Tidak ada yang bisa menjawab kecuali Tuhan. Biarlah apa yang saya rasa ini hanya sekedar curhatan belaka tanpa maksud untuk menjelek-jelekkan seorang 'kamu' .
Kamis, 07 Maret 2013
Picstory
![]() |
How can? A girl broke and a boy ok. |
![]() |
I hope i'll love. Not fall in love |
![]() |
Keep strong.. |
![]() |
How can "ve" of "love" being "lost" ? |
![]() |
I think i'd be a loved people if you say it. |
![]() |
no problem with ldr? |
![]() |
If i can........ |
![]() |
Key of my heart♥ |
![]() |
If this is twitter, i'll RT-ing this tweet more than once. |
![]() |
If we can cancel.......... |
Langganan:
Postingan (Atom)